a peace

Selasa, 29 November 2011

cerpen - Unrequited Love


Unrequited Love

Oleh: Elsa Nuraliyah

Otun menatap ke luar jendela kelas. Ini adalah bulan-bulan penghujung tahun, yang biasanya adalah musim penghujan. Sekarang masih pukul 1 siang, tapi butiran hujan sudah tidak sabar jatuh membasahi tanah, si teman lamanya.
Lagu dari Crad David mengalun indah di telinganya. Gemericik hujan, suasana yang dingin dan senyap, sangat menggodanya untuk melamun. Melamunkan sesuatu. Sesuatu yang hingga detik ini, masih membuat hatinya gundah.  Merasa tak nyaman. Yang membuat hatinya merasa.. Ada sesuatu yang kurang.
Selama 17 tahun hidupnya dara cantik ini tidak pernah merasakan kisah cinta yang berkesan. Berkali-kali menjalin kasih, dan tidak ada yang bertahan lama. Semuanya hambar. Tanpa kesan. Biasa saja. Tapi ada seseorang, yang membuat hatinya gusar, walau kenyataannya, Otun dan ‘dia’ tidak pernah berlayar dengan perahu yang sama.
------ooo00ooo------
November 2009,
Kala itu Otun duduk di kelas X. Abel namanya, lelaki teman seangkatannya yang sedang mendekatinya. Ia sering memperhatikan Otun, dan mengiriminya pesan singkat.
Awalnya Otun risih dengan semua perhatian yang diberikan Abel, Otun tidak suka padanya.Tapi… Ah entahlah, saat Otun ada masalah, saat Otun butuh seseorang yang bisa ia andalkan. Abel ada untuknya. Memberinya nasihat, menemaninya, berbagi keluh kesah dengannya. Abel sangat perhatian padanya. Tapi Otun masih bingung dengan  apa yang sebenarnya Abel rasakan, apa Abel benar-benar menyukainya? Jika iya, mengapa Abel belum mengutarakannya pada Otun? Pertanyaan itu selalu terngiang di dalam pikiran Otun.
“Dia suka sama kamu ih Tun, percaya deh!” Ani meyakinkan Otun. “Ya.. ya.. ya..” Otun menjawab pernyataan Ani sekenanya. Entahlah, Otun masih belum mengerti dengan perasaan Abel juga perasaannya sendiri.
Sebulan penuh, Abel tidak pernah menghubungi Otun lagi. Di saat Otun mulai bingung dengan perasaannya, saat Otun menyadari bahwa kini ia mulai menyukai Abel, justru saat itulah Abel menghilang. Seperti ada jarak yang menghalang di antara mereka. Padahal di sekolah ruang Otun dan Abel hanya terpisah satu kelas.
Semua hal yang terjadi melintas dipikirannya. Emang benar, saat memikirkan seseorang yang kita cintai, tak kan pernah habis waktu untuk itu. Hal itu juga membuat kita bisa kembali bersamangat dalam menjalani hidup. Menikmati hari-hari yang terasa penuh dengan beraneka warna. Cinta…. Sungguh anugrah yang terindah yang diberikan Sang Pecipta pada makhluk-Nya.
Otun jatuh cinta. Ya, dia tidak bisa lagi membohongi perasaanya. Otun jatuh cinta pada Abel. Tapi kemanakah Abel sekarang? Abel ada, tapi ia tidak ada untuk Otun.
Tibalah di penghujung bulan, dimana Otun mendengar kabar mengejutkan bahwa Abel, orang yang sedang Otun harapkan, telah bersama orang lain. Mulanya Otun biasa saja, tapi ia mulai cemas dengan perasaannya. Lalu bagaimana perasaan Abel terhadap dirinya? Bukankah Abel sedang mendekatinya? Kenapa? Otun tidak mengerti.
Kantin sekolah, dan Otun masih menjelajah dalam lamunannya.
“Kenapa sih?’ Tanya Ani.
“Kenapa apanya?” Otun balik bertanya.
“Itu dari tadi kok ngelamun terus sih?” Ani mulai mengintrogasi.
“Gapapa ih hahaha” Otun mencoba bersikap biasa.
“Kepikiran tentang Abel ya?” Tanya Ani mulai khawatir.
“Enggak.” Otun tersenyum kecut.
Otun berlalu meninggalkan ani. Untuk saat ini dia hanya ingin sendiri.
Otun menghela nafas panjang. Ini semua salah Abel. Kenapa dia bisa dengan mudah mengangkat perasaan Otun dan menjatuhkannya dengan tiba-tiba di saat Otun sedang mulai memiliki perasaan padanya.
Apa mungkin perasaan ini seperti unrequited love, atau cinta yang tak berbalas? Unrequited love adalah hal yang paling bisa bikin kita ngais tanah, bahwa perasaan ini seperti hanya milik kita. Rasanya seperti diberi tahu bahwa kita mungkin tidak pantas untuk bersama orang tersebut. Tapi dalam kasus Otun ini lebih seperti kisah cinta yang antiklimaks untuk Otun dan lebih menyakitkan. Karena ini sudah berakhir, bahkan ketika belum dimulai.
Rasa cinta seperti itu, kata Charlie brown di komik Peanuts: bisa menghilangkan rasa selai kacang.
Dikisahkan bahwa Charlie Brown adalah orang yang sangat sangat menyukai selai kacang, tapi keadaan cinta seperti unrequited love itu mampu menghilangkan rasa selai kacang di lidahnya.
Begitulah cinta, datang tanpa diduga, namun terkadang pergi begitu saja. Hanya satu yang bersemayam diotaknya, benarkah itu cinta? Kenapa cinta begitu mudah pergi dan hilang saat ia tak bisa ada pada satu orang? Saat cinta lain datang menghampiri.
Mengapa cinta begitu cepat pindah kelain hati? Ada apa dengan cinta?
Benarkah itu semua hanya cinta sesaat? Atau hanya sebuah pencaharian cinta sebelum cinta menemukan pasangan jiwanya? Entahlah…Semua pertanyaan itu akan mendapatkan jawaban yang berbeda dari setiap orang. Otun menghela nafas panjang. Berat.
------ooo00ooo------
“toooot… toooot… tooooot…” bel tanda pulang sekolah membuyarkan lamunan Otun. Sudah pukul 13.45 wib rupanya.
Sekarang sudah November 2011, Otun sudah kelas XII. Sudah dua tahun berlalu. Otun pun sudah pernah menjalin kasih dengan orang lain.
Sudah banyak yang berubah dalam jangka waktu dua tahun ini. Waktu bergerak maju dengan kecepatan yang tidak bisa di perkirakan sebelumnya.
Tapi mengapa, hingga saat ini, setelah dua tahun,
Selai kacang di lidah Otun, masih terasa hambar.
------ooo00ooo-----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar